Tuesday, September 2, 2008

Rancangan Busana Batik Terbaru dari Ramli





Dalam Rangkaian mengangkat kain Tradisional Indonesia, Ramli salah satu designer terkemuka Indonesia kembali menggelar rancangannya. Pagelaran kali ini mengangkat khazanah Batik Madura, Bengkulu, Cirebon dan Betawi. Dengan tanpa mengubah warna dominan dari asli dari masing-masing kain, Ramli yang memiliki ciri khas dengan garis lurus, elegan dan feminim berhasil memodifikasi motif di atas bahan yang mayoritas terbuat dari bahan katun, sifon dan sutra, menjadi busana-busana yang indah.





Poppy Selviani Gusriharso

Pesona Keindahan Kain Tenun



Indonesia memiliki amat banyak ragam kain tenun. Jika pada jaman dahulu, kain tenun digunakan untuk keperluan adat. Kini masyarakat urbanpun dapat menjadikan kain tenun sebagai salah satu alternatif fashion yang cantik dan unik.
Dalam pegelaran busana yang diselenggarakan oleh Cita Tenun Indonesia (CTI) pada 28 Agustus lalu,tujuh designer terkemuka Indonesia memamerkan hasil karya terbaiknya.

Sebastian Gunawan menggunakan tenun cual dari Bangka Belitung. Dipadu dengan songket benang emas, tenun bewarna merah anggur ini tampak sangat cantik. Oscar Lawlalata hadir dengan tenunan yang berasal dari Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan legkap dengan baju bodo-nya yang sangat fashionable. Selain itu masih ada sederet nama lagi seperti; Stphanus Hamy, Chossy Latu, Rusli Tjohnardi, Priyo Oktaviani yang menjadikan tenun dari berbagai pelosok tanah air sebagai karya yang adiluhung.


Poppy Selviani Gusriharso

Tuesday, July 29, 2008

Baju Adat Bugis-Baju Bodo

Baju bodo adalah baju adat Bugis-Makassar yang dikenakan oleh perempuan. Sedangkan Lipa' sabbe adalah sarung sutra, biasanya bercorak kotak dan dipakai sebagai bawahan baju bodo.

Konon dahulu kala, ada peraturan mengenai pemakaian baju bodo. Masing-masing warna manunjukkan tingkat usia perempuan yang mengenakannya.
1. Warna jingga, dipakai oleh perempuan umur 10 tahun.
2. Warna jingga dan merah darah digunakan oleh perempuan umur 10-14 tahun.
3. Warna merah darah untuk 17-25 tahun.
4. Warna putih digunakan oleh para inang dan dukun.
5. Warna hijau diperuntukkan bagi puteri bangsawan
6. Warna ungu dipakai oleh para janda.

Selain peraturan pemakaian baju bodo itu, dahulu juga masih sering didapati perempuan Bugis-Makassar yang mengenakan Baju Bodo sebagai pakaian pesta, misalnya pada pesta pernikahan. Akan tetapi saat ini, baju adat ini sudah semakin terkikis oleh perubahan zaman. Baju bodo kini terpinggirkan, digantikan oleh kebaya modern, gaun malam yang katanya modis, atau busana-busana yang lebih simpel dan mengikuti trend.

Walau dengan keterpinggirannya, Baju bodo kini tetap dikenakan oleh mempelai perempuan dalam resepsi pernikahan ataupun akad nikah. Begitu pula untuk passappi'-nya (Pendamping mempelai, biasanya anak-anak). Juga digunakan oleh pagar ayu.


Dari berbagai sumber)


Poppy Selviani Gusriharso

Monday, July 28, 2008

Sasirangan




Suku Banjar di Kalimantan Selatan memiliki kain khas yang dikenal dengan nama “Sasirangan
Kain ini umumnya digunakan sebagai kain adat yang biasa digunakan pada acara-acara adat suku Banjar. Kata sasirangan berasal dari kata menyirang yang berarti menjelujur, karena dikerjakan dengan cara menjelujur kemudian diikat dengan tali raffia dan selanjutnya dicelup, hingga kini sasirangan masih dibuat secara manual.

Menurut sejarahnya, Sasirangan merupakan kain sakral warisan abad XII saat Lambung Mangkurat menjadi patih Negara Dipa. Awalnya sasirangan dikenal sebagai kain untuk “batatamba” atau penyembuhan orang sakit yang harus dipesan khusus terlebih dahulu (pamintaan) sehingga pembutan kain sasirangan seringkali mengikuti kehendak pemesannya. Oleh karena itu, Urang Banjar seringkali menyebut sasirangan kain pamintan yang artinya permintaan. Selain untuk kesembuhan orang yang tertimpa penyakit, kain ini juga merupakan kain sakral, yang biasa dipakai pada upacara-upacara adat.

Seperti halnya kain batik, sasirangan juga mempunyai berbagai macam motif bahkan beberapa diantaranya telah diakui pemerintah melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM. Motif-motif tersebut antara lain Hiris Pudak (irisan daun pudak), Bayam Raja (daun bayam), kulit karikit(jamur kecil), Ombak Sinapur Karang (ombak menerjang batu karang), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), sarigading, kulit kayu, naga balimbur (ular naga), jajumputan (jumputan), turun dayang (garis-garis), kambang tampuk manggis (bunga buah manggis), daun jaruju (daun tanaman jaruju), kangkung kaombakan(daun kangkung), sisik tanggiling, kambang tanjung (bunga tanjung) dan masih banyak lagi motif-motif lainnya. Sekarang bahkan banyak motif-motif baru yang bermunculan yang membuat kain sasirangan semakin variatif. Bedanya, kain sasirangan tidak dapat diproduksi secara massal seperti kain batik.

Harga kain sasirangan ditentukan oleh jenis kain dan motif kain semakin sulit motif maka semakin mahal juga harganya. Beberapa jenis kain yang biasa digunakan antara lain, santung, katun, sutera, yuyur, dan satin. Untuk kain sutera pun terbagi dalam dua jenis yaitu sutera grand (sutera kelas II) dan sutera super (sutera kelas satu).

Jika sedang melancong ke Banjarmasin jangan lupa untuk berbelanja kain Sasirangan ini. Ada beberapa toko sasirangan yang bisa dikunjungi untuk bisa memperoleh sasirangan yang cantik, coba saja mampir mampir ke Sahabat Sasirangan yang punya beberapa cabang antara lain di Jl. A. Yani, Duta Mall, Banjarbaru dan Kalimantan. Ada satu tips bila berbelanja di Sahabat Sasirangan, jangan terkecoh dengan label harga yang ditempel di kain, karena biasanya kita bisa mendapatkan diskon dari label harga. Tidak jauh dari Sahabat Sasirangan Jl. A. Yani, kita bisa mampir ke Citra Sasirangan yang letaknya jadi satu dengan Citra Pasaraya, disini kita bisa mendapatkan sasirangan cantik dengan harga pas. Ada satu lagi toko sasirangan yang menarik dikunjungi yaitu “Irma Sasirangan” di seberang masjid, toko yang satu ini sudah terkenal seantero banjarmasin karena sering mengikuti pameran ke berbagai daerah bahkan sampai keluar negeri, soal kualitas juga tidak diragukan lagi, berbagai macam variasi sasirangan dapat diperoleh di toko ini antara lain selendang, jilbab, mukena dan lain-lain. Kalo berbelanja ke toko ini jangan lupa minta diskon, karena biasanya penjual akan memberi kita diskon 10%. Lumayan kan… apalagi kalo beli banyak…..

Ada beberapa tips untuk merawat sasirangan, yang pasti pisahkan sasirangan saat kita mencuci untuk pertama kalinya agar kain yang lain tidak kelunturan karena terkadang sasirangan bisa luntur. Jangan jemur sasirangan di bawah sinar matahari langsung agar warnanya tetap awet. Karena kain sasirangan dibuat dengan teknik jelujur, untuk membuat motif biasanya digunakan pensil atau bolpoin, nah untuk menghilangkan bekasnya bisa digunakan jeruk nipis, tapi sebaiknya dicoba pada bagian-bagian yang tidak terlihat lebih dulu, karena ada jenis-jenis kain sensitif.

Sumber: dari berbagai sumber

Poppy Selviani Gusriharso

Monday, July 21, 2008

Dari Ramli untuk Indonesia


Kembali, designer kita Ramli mengeluarkan design terbarunya yang terinspirasi dari keindahan kain batik Nusantara. Kali ini corak batik yang dipilih Ramli lebih unik dan tidak hanya mengeksplorasi kekayaan batik Solo, Jogya atau Cirebon. Ramli juga memilih, Kain besurek batik dari Bengkulu, Batik Sampang dari Madura dan Batik Betawi.

Batik basurek motifnya berangkat dari huruf kaligrafi, sekilas kita akan melihtanya seperti tulisan kaligrafi tetapi tanpa arti khusus. Dari Lampung, batik dikombinasikan dengan sulam tapis, dari Madura muncul batik daerah Sampang berbahan sutra dan katun, dan dari Jakarta muncul batik bermotif baru.

”Saya mendapat batik bertema Ciliwung, Cincau, Tangkiwood, Burung Hong, sampai Lereng Ondel-ondel,” kata Ramli yang pergelarannya bekerja sama dengan Dekranasda DKI Jakarta.

Motif batik Betawi tersebut ciptaan Badan Pengelola Lingkungan Industri dan Permukiman (BPLIP) Pulo Gadung, saat ini ada 24 motif. Husaini dari BPLIP mengatakan, motif baru itu inspirasinya dari cerita rakyat (folklore) Betawi.

Motif Cincau, yang namanya menggambarkan minuman berbahan daun cincau, berwarna hijau muda dengan motif seperti pucuk rebung kuning, dipadu kembang asem latar cokelat. Idenya, penjual cincau kerap beristirahat di bawah pohon asam.

Motif Burung Hong, burung bersifat mitologi, menggambarkan pengaruh China, sementara motif Tangkiwood idenya berasal dari perkampungan para artis Betawi yang masih berjaya hingga tahun 1980-an. Motif Ciliwung menggambarkan aliran sungai dengan ganggang dan ikan, sedangkan Lereng Ondel-ondel berasal dari atraksi khas Betawi.










Favoritku adalah kain besurek yang didesign menjadi rok yang anggun, dipadu dengan blus kebaya yang cantik sekali dengan inspirasi busana Melayu Sumatra.

Berbagai Sumber.

Poppy Selviani Gusriharso

Friday, June 20, 2008

Referensi kebaya cantik dari designer Indonesia

























Kebaya karya designer Marga Alam (gb. 1 & 2) sangat 'anak muda' sekali. Apalagi yang gb. 1. Wuiiiiih cantik banget....

Nah, yang gb. 3 ini, karyanya Adjie Notonegoro, cocoknya untuk pernikahan. Pasti anggun sekali. Sederhana, tapi mengingatkan kita akan gaun pengantin perancis yang cantik. Sebuah modifikasi yang sangat sempurna dari Adji Notonegoro.
























Poppy Selviani Gusriharso

Monday, June 16, 2008

Referensi kebaya cantik dari designer Indonesia


Kebaya sudah lama dikenal sebagai busana khas Indonesia. Kini para designer mengembangkan kebaya menjadi busana adiluhung yang menawan. Diberbagai pesta dan pertemuan resmi dapat kita lihat, wanita Indonesia mulai menggunakan kebaya kembali. Kebayapun sudah tidak lagi terbatas pada model-model yang standard, melainkan hadir dengan sentuhan-sentuhan penuh pesona yang memancarkan keanggunan sipemakai.

Berikut saya rangkum design-design kebaya karya Adjie Notonegoro terpilih yang bisa menjadi referensi kebaya pesta Anda. Check this out :)




Sunday, June 15, 2008

Busana Tradisional Madura


Madura yang kita kenal selama ini mungkin hanya sebatas sate madura dan penjualnya yang memakai baju kaos garis merah putih dan celana longgar bewarna hitam. Selain itu citra negatif yang tergeneralisir tanpa sengaja. Namun, jika kita melihat lebih jauh, Madura memiliki kebudayaan yang unik. Melalui gaya busana tradisionalnya, saya ajak Anda untuk melihat lebih jauh mengenai Kebuadayaan Madura.

Pakaian yang saya sebutkan diatas, biasa disebut baju pesa’an. Sebenarnya baju pesa’an ini baru dapat dikatakan lengkap bila si pemakai juga menggunakan; tutup kepala dan kain sarung. Konon pakaian (kaos bergaris) yang diperuntukan bagi laki-laki kebanyakan (rakyat biasa) ini terpengaruh oleh cara berpakaian pelaut dari Eropa


Bentuk baju yang serba longgar dan pemakaiannya yang terbuka melambangkan sifat kebebasan dan keterbukaan orang Madura. Kesederhanaan bentuk baju ini pun menunjukkan kesederhanaan masyarakatnya, teguh dan keras. Sarung palekat kotak-kotak dengan warna menyolok dan sabuk katemang, ikat pinggang kulit lebar dengan kantong penghimpun uang di depannya adalah perlengkapan lainnya. Terompah atau tropa merupakan alas kaki yang umumnya dipakai.


Sedangkan untuk kaum bangsawan Madura, busana yang digunakan adalah Rasughan totop atau jas tutup polos dengan samper kembeng (kain panjang) di bagian bawah, jika diperhatikan tidak jauh berbeda dengan sebagaimana busana Solo dan Yogya. Perbedaannya adalah pada odheng, tutup kepala yang dikenakan. Arloji rantai acap digunakan. Sebum dhungket atau tongkat, termasuk kelengkapan pakaian yang membedakan penampilan dan kewibawaan seorang bangsawan dengan rakyat biasa.

Pada saat menghadiri acara resmi, rasughan totop umumnya berwarna hitam digunakan lengkap dengan odheng tongkosan kota, bermotif modang, dulcendul, garik atau jingga. Odheng pada masyarakat Madura memiliki arti simbolis yang cukup kompleks, baik dari ukuran, motif maupun cara pemakaian. Ukuran odheng tongkosan yang lebih kecil dari kepala, sehingga membuat si pemakai harus sedikit mendongak ke atas agar odheng tetap dapat bertengger di atas kepalanya, mengandung makna “betapapun beratnya beban tugas yang harus dipikul hendaknya diterima dengan lapangan dada”.

Bentuk dan cara memakai odheng juga menunjukkan derajat kebangsawanan seseorang. Semakin tegak kelopak odheng tongkosan, semakin tinggi dewajat kebangsawananan. Semakin miring kelopaknya, maka derajat kebangsawanan semakin rendah.

Kaum wanita Madura umumnya mengenakan kebaya sebagai pakaian sehari-hari maupun pada acara resmi. Kebaya tanpa kutu baru atau kebaya rancongan digunakan oleh masyarakat kebanyakan. Ciri khas kebaya Madura adalah penggunaan kutang polos dengan warna-warna menyolok seperti merah, hijau atau biru terang yang kontras dengan warna dan bahan kebaya yang tipis tembus pandang atau menerawang. Kutang ini ukurannya ketat pas badan. Panjang kutang dengan bukaan depan ini ada yang pendek dan ada pula yang sampai perut.

Keindahan lekuk tubuh si pemakai akan tampak jelas dengan bentuk kebaya rancongan dengan kutang pas badan ini. Hal tersebut merupakan salah satu perwujudan nilai budaya yang hidup di kalangan wanita Madura, yang sangat menghargai keindahan tubuh. Ramuan jamu-jamu Madura diberikan semenjak seorang gadis cilik hendak berangkat remaja. Demikian pula berbagai pantangan makanan yang tidak boleh dilanggar, serta pemakaian penggel. Semuanya dimaksudkan untuk membentuk tubuh yang indah dan padat.

Pilihan warna yang kuat dan menyolok pada masyarakat Madura menunjukkan karakter mereka yang tidak pernah ragu-ragu dalam bertindak, pemberani, serta bersifat terbuka dan terus terang. Oleh karena itu mereka tidak mengenal warna-warna lembut. Termasuk dalam memilih warna pakaian maupun aksesoris lainnya.

Sumber: Semua Tentang Madura

Poppy Selviani Gusriharso

Saturday, June 14, 2008

Berkreasi dengan warisan budaya
























Salah satu produk Indonesia yang dipamerkan pada pameran Industri kreatif Indonesia beberapa waktu lalu di Balai Sidang Jakarta, adalah peragaan busana karya perancang Indonesia. Sebagai salah satu industri yang menjanjikan, tentu saja pemerintah memasukan mode sebagai salah dari 14 industri kreatif yang harus dikembangkan. Salah satu tema yang diangkat adalah warisan budaya.

Busana-busana di atas merupakan karya desainer-desainer terkemuka. Yongki Budisutisna bekerjasama dengan pemerintah Jambi untuk mengembangkan batik jambi (gbr.1). Tuty Cholid bekerjasama dengan pengrajin tapis untuk mendapatkan kain tapis terbaik (gbr. 2). Diharapkan dengan adanya pergelaran busana ini dapat membuka wawasan pengrajin tentang berbagai peluang pengembangan teknik dan peningkatan kualitas.

Sumber: Kompas

Poppy Selviani Gusriharso

Friday, June 13, 2008

Kain Ulos


























Foto-foto koleksi KOMPAS/Arbain Rambey.

Ulos merupakan kain tenun yang berasal dari Sumatera Utara. Sama halnya dengan kain songket, kain ini pun sarat makna. Sayangnya hingga saat ini Ulos batak hanya populer digunakan pada masayrakat Batak saja. Padahal kain ulos ini dapat dikreasikan dan dipandankan dengan aksesoris dan busana modern maupun tradisional.

Ulos dibedakan bedasarkan fungsinya. Ulos parompa sadun, biasa dipakai untuk menggendong anak, Ulos abid godang biasanya dipakai untuk selimut. Namun Merdi Sihombing mengembangkan kedua jenis ulos ini menjadi busana yang dapat dipakai pada acara-acara spesial dengan menambahkan manik-manik dan kristal.

Merdi bekerja sama dengan pengrajin Ulos di Sumetara Utara untuk menjadikan ulos sebagai kain yang dapat digunakan berbagai kalangan yang tak terbatas pada masyarakat Batak saja. Kini ulos muncul lebih menawan dan modern. Namun filosofi ulos dan kekahasanya tetap dijaga.

Sumber: Kompas 11 Mei 2008

Poppy Selviani Gusriharso

Friday, May 23, 2008

Batik untuk yang muda


Ragam Design Batik untuk orang Muda dan yang berjiwa muda.





Design by Barli Asmara. Photo; Prodo Mag

Nah, biar ga boseeen dengan model batik yang itu-itu terus dan modelnya rameee banget di pasaran... mari kita coba model yang ini. Kereeen kan? Beda?! Boleh donk....

Aku sukaaaa semua design batik diatas. Hmmm mau pakai yang mana ya?


Diposting oleh pengelola blog Indonesian Royal Heritage; Poppy Gusriharso

Tuesday, May 20, 2008

Kain Tapis Lampung


Kain Tapis Lampung

Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.


Masyarakat lampung asli memiliki struktur adat yang tersendiri. Bentuk masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya. Secara umum dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu masyarakat adat Saibatin dan masyarakat adat Pepadun.

Masyarakat Lampung berdasarkan ikatan kekerabatannya dapat dibagi menjadi golongan-golongan yang lebih kecil, yang lazimnya disebut Buay/Kebuayan.

Suku bangsa Lampung yang beradat Saibatin terdiri dari :

1. Paksi Pak Sekala Brak {Sekala Brak Empat Paksi)
2. Krui Marga Pitu (Krui Tujuh Marga}
3. Komring Buay Lima {Komring Lima Kebuayan}
4. Peminggir Semaka
5. Melinting

Suku bangsa Lampung yang beradat Pepadun dapat digolongkan menjadi :

1. Abung Siwo Mego (Abung Sembilan Marga)
2. Tulang Bawang Mego Pak (Tulang Bawang Empat Marga)
3. Pubian Telu Suku (Pubian Tiga Suku)
4. Buay Lima Way Kanan (Way Kanan Lima Kebuayan)
5. Sungkay Bunga Mayang


Berdasarkan pembagian penduduk yang serba mendua ini maka Lampung dikenal sebagai Propinsi Sang Bumi Ruwa Jurai yang dapat diartikan "Bumi Yang Dua Dalam Kesatuan."

Di daerah Lampung dikenal berbagai peralatan dan perlengkapan adat yang melambangkan status seseorang yang ditandai dengan pemilikan sebuah kain adat yaitu Kain Tapis Lampung.


Pengertian Tapis Lampung

Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistim sulam (Lampung; "Cucuk").

Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.

Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.


Sejarah Kain Tapis Lampung

Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang lampung telah menenun kain Brokat yang disebut Nampan (Tampan) dan kain Pelepai sejak abad II masehi. Motif kain ini ialah kait dan konci (Key and Rhomboid shape), pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.

Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.

Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis ini. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan.

Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan jaman bahari sudah mulai berkembang sejak jaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 1700.

Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan.

Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup. Diketahui suku Lampung yang umum memproduksi dan mengembangkan tenun Tapis adalah suku Lampung yang beradat Pepadun.


Jenis Tapis Lampung Menurut Asal dan Pemakaiannya


Jenis Tapis Lampung Menurut Asalnya


Beberapa kain tapis yang umum digunakan masyarakat Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin adalah :

Tapis Lampung dari Pesisir :

Tapis Inuh Tapis Cucuk Andak Tapis Semaka Tapis Kuning Tapis Cukkil Tapis Jinggu

Tapis lampung dari Pubian Telu Suku :

Tapis Jung Sarat Tapis Balak Tapis Laut Linau Tapis Raja Medal Tapis Pucuk Rebung Tapis Cucuk Handak Tapis Tuho Tapis Sasap Tapis Lawok Silung Tapis Lawok Handak

Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan :

Tapis Jung Sarat Tapis Balak Tapis Pucuk Rebung Tapis Halom/Gabo Tapis Kaca Tapis Kuning Tapis Lawok Halom Tapis Tuha Tapis Raja Medal Tapis Lawok Silung

Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak:

Tapis Dewosano Tapis Limar Sekebar Tapis Ratu Tulang Bawang Tapis Bintang Perak Tapis Limar Tunggal Tapis Sasab Tapis Kilap Turki Tapis Jung Sarat Tapis Kaco Mato di Lem Tapis Kibang Tapis Cukkil Tapis Cucuk Sutero

Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego :

Tapis Rajo Tunggal Tapis Lawet Andak Tapis Lawet Silung Tapis Lawet Linau Tapis Jung Sarat Tapis Raja Medal Tapis Nyelem di Laut Timbul di Gunung Tapis Cucuk Andak Tapis Balak Tapis Pucuk Rebung Tapis Cucuk Semako Tapis Tuho Tapis Cucuk Agheng Tapis Gajah Mekhem Tapis Sasap Tapis Kuning Tapis Kaco Tapis Serdadu Baris


Jenis Tapis Lampung Menurut Pemakainnya :

Tapis Jung Sarat

Dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, pengantin serta muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Tapis Raja Tunggal

Dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat, pengambilan gelar pangeran dan sutan.

Di daerah Abung Lampung Utara dipakai oleh gadis-gadis dalam menghadiri upacara adat.

Tapis Raja Medal

Dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara adat seperti : mengawinkan anak, pengambilan gelar pangeran dan sutan.

Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini digunakan oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat.

Tapis Laut Andak

Dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada acara adat cangget. Dipakai juga oleh Anak Benulung (isteri adik) sebagai pengiring pada upacara pengambilan gelar sutan serta dipakai juga oleh menantu perempuan pada acara pengambilan gelar sutan.

Tapis Balak

Dipakai oleh kelompok adik perempuan dan kelompok isteri anak seorang yang sedang mengambil gelar pangeran pada upacara pengambilan gelar atau pada upacara mengawinkan anak. Tapis ini dapat juga dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Tapis Silung

Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada upacara adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin.

Tapis Laut Linau

Dipakai oleh kerabat isteri yang tergolong kerabat jauh dalam menghadiri upacara adat. Dipakai juga oleh para gadis pengiring pengantin pada upacara turun mandi pengantin dan mengambil gelar pangeran serta dikenakan pula oleh gadis penari (muli cangget).

Tapis Pucuk Rebung

Tapis ini dipakai oleh kelompok ibu-ibu/para isteri untuk menghadiri upacara adat.

Di daerah Menggala tapis ini disebut juga tapis balak, dipakai oleh wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Cucuk Andak

Dipakai oleh kelompok isteri keluarga penyimbang (kepala adat/suku) yang sudah bergelar sutan dalam menghadiri upacara perkawinan, pengambilan gelar adat.

Di daerah Lampung Utara tapis ini dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat.

Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin pada upacara adat perkawinan.

Tapis Limar Sekebar

Tapis ini dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat serta dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin dalam upacara adat.

Tapis Cucuk Pinggir

Dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat dan dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin pada upacara perkawinan adat.

Tapis Tuho

Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sutan serta dipakai pula oleh isteri sutan dalam menghadiri upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.

Tapis Agheng/Areng

Dipakai oleh kelompok isteri yang sudah mendapat gelar sutan (suaminya) pada upacara pengarakan naik pepadun/pengambilan gelar dan dipakai pula oleh pengantin sebagai pakaian sehari-hari.

Tapis Inuh

Kain tapis ini umumnya dipakai pada saat menghadiri upacara-upacara adat. Tapis ini berasal dari daerah Krui, Lampung Barat.

Tapis Dewosano

Di daerah Menggala dan Kota Bumi, kain tapis ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Kaca

Tapis ini dipakai oleh wanita-wanita dalam menghadiri upacara adat. Bisa juga dipakai oleh wanita pengiring pengantin pada upacara adat. Tapis ini di daerah Pardasuka Lampung Selatan dipakai oleh laki-laki pada saat upacara adat.

Tapis Bintang

Tapis Bintang ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat upacara adat.

Tapis Bidak Cukkil

Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-upacara adat.

Tapis Bintang Perak

Tapis ini dapat dipakai pada upacara-upacara adat dan berasal dari daerah Menggala, Lampung Utara.

Bahan dan Peralatan Tenun Tapis Lampung


Bahan Dasar Tapis Lampung

Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim sulam.

Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama.

Bahan-bahan baku itu antara lain :

Khambak/kapas digunakan untuk membuat benang. Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera. Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang. Akar serai wangi untuk pengawet benang. Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur. Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah. Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam. Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat. Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru. Kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.

Pada saat ini bahan-bahan tersebut diatas sudah jarang digunakan lagi, oleh karena pengganti bahan-bahan diatas tersebut sudah banyak diperdagangkan di pasaran. Peralatan Tenun kain Tapis

Proses pembuatan tenun kain tapis menggunakan peralatan-peralatan sebagai berikut :

Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun. Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian alat-alat : Terikan (alat menggulung benang) Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh) Belida (alat untuk merapatkan benang) Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang) Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan) Guyun (alat untuk mengatur benang) Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun) Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang dimasukkan melintang) Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan) Amben (alat penahan punggung penenun) Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.

Source: Wilkipedia Indonesia

baca juga lainnya di http://elegant-frame.blogspot.com/2008/01/kain-tapis.html

Sunday, May 18, 2008

Pesona kain indonesia
















Warisan Budaya Indonesia

Pada jaman dulu kain-kain tradisional seperti kain songket dan tenun umumnya digunakan oleh para bangsawan yang berfungsi sebagai simbol status sosial. Dapat dipahami, karena proses pembuatan dan bahan yang digunakan tak semudah membuat kain biasa. Bahkan untuk membuat satu lembar kain songket yang terbaik bisa makan waktu satu bulan.

Di Toraja, terdapat kain-kain tradisional berbagai jenis seperti; kain ikat (sekomandi) , tali tobatu , paruki’, tannun kamandang. Bagi masyarakat Toraja kain tradisional sangat tinggi nilainya, karena dinilai sebagai simbol dari kemakmuran dan kejayaan bagi para pemilik kain tersebut. Sebagai kebutuhan adat, kain di Tana Toraja juga menjadi bagian pada upacara yang berhubungan dengan kematian. Biasanya pada acara seperti ini warna yang digunakan adalah warna-warna hitam dan kuning.

Motif umum yang terdapat pada kain tenun ikat Toraja adalah motif melengkung yang menyerupai anak panah yang melambangkan dinamika kekuatan hidup, yakni kekuatan positif dan kekuatan negatif.

Sayangnya kini, pengrajin kain tenun tersebut sudah mulai jarang. Generasi mudanya lebih memilih bekerja di kebun atau membantu suami. Padahal ini adalah salah satu budaya bangsa yang harus dilestarikan. Sangat mungkin kerajinan ini dapat menjadi salah sumber penghasilan yang menjanjikan untuk skala home industry (UMKM) dan dapat diekspor ke luar negeri jika pemerintah setempat cepat tanggap dengan potensi yang dimiliki oleh daerahnya,

Yang saya sedikit kecewa adalah, kebanyakan orang Indonesia mengindentifikasikan seolah-olah budaya Jawa adalah budaya resmi Indonesia. Indonesia di mata dunia hanya sebatas Bali dan Jawa. Padahal di luar dua pulau tersebut amat banyak kekayaan budaya yang dapat “dijual” sebagai salah satu alat promosi; Sangat banyak sekali. Coba saja lihat di Sumatra dengan keragaman songketnya, kebaya Melayu dan pesona alam yang masih alami. Kalimantan dengan Kain Sasirangan dan kilau permatanya, Sulawesi dengan pesona magisnya. Saya berharap televisi dan media cetak sebagai media informasi yang paling mudah diterima masyarakat dapat memperkaya wawasan orang-orang muda Indonesia saat ini, yang mungkin hanya tahu batik Jawa dan Tari Kecak Bali.


Dari berbagai sumber, Jakarta May 18, 2008

"website ini mengenai kain indonesia di www.kainku.blospot.com "

Friday, May 16, 2008

Kain Tradisional Indonesia




Belakangan demam batik ada dimana-mana, hampir disetiap kesempatan kita dapat melihat orang-orang berbusana batik dengan berbagai mode.Batik sendiri amat banyak ragammnya. Kita mengenal Batik Sragen, Batik Madura, Batik Trusmi, Batik Papua, Batik Batavia, Batik Sidoarjo. Setiap Batik memiliki keunikan tersendiri. Batik Madura contoh nya, biasanya coraknya lebih penuh dan rapat. Batik Cirebon coraknya lebih ringan dan lebih modern. Seperti corak megamendung, sangat cocok jika dijadikan gaun dan ditaburi untain crystal dan mute.

Trend Batik ini awalnya dipelopori oleh APPMI (Assosiasi pengusahan perancang mode Indonesia) sebagai salah satu bentuk kepedulian mereka akan warisan budaya bangsa.

Selain batik, Indonesia memiliki ragam kain tradisional yang sangat mempesona dan sarat makna pada tiap penciptaannya. Antara lain yang dapat saya himpun adalah; Songket Padang, Songket Palembang, Ulos Batak, Tenun Bima, Tenun NTB, Tenun Sulawesi, Kain Aceh, Kain Sasirangan dari Kalimantan dan lain-lain. Bila ditelusuri, setiap daerah memiliki keunikan yang membedakan setiap jengkal daerah di tanah air.

Seperti pada masyarakat Minang Kabau, kain tradisional merupakan salah satu dari kebudayaannya yang dibuat dengan cara ditenun, disulam, maupun disungkit (songket). Kain songket Minangkabau terdiri dari dua jenis, yaitu kain songket balapak, yaitu kain songket yang seluruh permukaan kainnya disongket benang emas, atau perak yang rapat dan padat dan kain songket batabua kain songket dengan benar emas atau perak yang motifnya tersebar atau berserakan. Tidakhanya kain songket, hasil sulaman masyarakat Minang Kabau juga memiliki corak yang yang khas, unik, indah, dan sarat dengan makna simbolis. Misalnya motif pucuk rebung, mengandung simbol bahwa anak laki-laki Minangkabau harus seperti bambu. Ketika masih menjadi muda, dia berguna (dapat dijadikan sayur rebung, Red), dan saat tua dihormati. Maksudnya ketika sudah tua, dia berada pada posisi siap menolong sebagai pangulu atau kepala adat yang dihormati dan panutan bagi masyarakatnya.

Dibatak ada tradisi yang unik, Pemberian ulos sibolang kepada seorang wanita dalam upacara kematian menandakan statusnya yang menjanda. (Ulos sibolang berlatar warna biru tua digunakan dalam acara yang berhubungan dengan kematian).


Dari berbagai sumber, Jakarta 16 May 16, 2008
Poppy Gusriharso

Kain Tradisional Indonesia