Friday, May 23, 2008

Batik untuk yang muda


Ragam Design Batik untuk orang Muda dan yang berjiwa muda.





Design by Barli Asmara. Photo; Prodo Mag

Nah, biar ga boseeen dengan model batik yang itu-itu terus dan modelnya rameee banget di pasaran... mari kita coba model yang ini. Kereeen kan? Beda?! Boleh donk....

Aku sukaaaa semua design batik diatas. Hmmm mau pakai yang mana ya?


Diposting oleh pengelola blog Indonesian Royal Heritage; Poppy Gusriharso

Tuesday, May 20, 2008

Kain Tapis Lampung


Kain Tapis Lampung

Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.


Masyarakat lampung asli memiliki struktur adat yang tersendiri. Bentuk masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya. Secara umum dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu masyarakat adat Saibatin dan masyarakat adat Pepadun.

Masyarakat Lampung berdasarkan ikatan kekerabatannya dapat dibagi menjadi golongan-golongan yang lebih kecil, yang lazimnya disebut Buay/Kebuayan.

Suku bangsa Lampung yang beradat Saibatin terdiri dari :

1. Paksi Pak Sekala Brak {Sekala Brak Empat Paksi)
2. Krui Marga Pitu (Krui Tujuh Marga}
3. Komring Buay Lima {Komring Lima Kebuayan}
4. Peminggir Semaka
5. Melinting

Suku bangsa Lampung yang beradat Pepadun dapat digolongkan menjadi :

1. Abung Siwo Mego (Abung Sembilan Marga)
2. Tulang Bawang Mego Pak (Tulang Bawang Empat Marga)
3. Pubian Telu Suku (Pubian Tiga Suku)
4. Buay Lima Way Kanan (Way Kanan Lima Kebuayan)
5. Sungkay Bunga Mayang


Berdasarkan pembagian penduduk yang serba mendua ini maka Lampung dikenal sebagai Propinsi Sang Bumi Ruwa Jurai yang dapat diartikan "Bumi Yang Dua Dalam Kesatuan."

Di daerah Lampung dikenal berbagai peralatan dan perlengkapan adat yang melambangkan status seseorang yang ditandai dengan pemilikan sebuah kain adat yaitu Kain Tapis Lampung.


Pengertian Tapis Lampung

Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistim sulam (Lampung; "Cucuk").

Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.

Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.


Sejarah Kain Tapis Lampung

Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang lampung telah menenun kain Brokat yang disebut Nampan (Tampan) dan kain Pelepai sejak abad II masehi. Motif kain ini ialah kait dan konci (Key and Rhomboid shape), pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.

Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.

Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis ini. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan.

Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan jaman bahari sudah mulai berkembang sejak jaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 1700.

Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan.

Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup. Diketahui suku Lampung yang umum memproduksi dan mengembangkan tenun Tapis adalah suku Lampung yang beradat Pepadun.


Jenis Tapis Lampung Menurut Asal dan Pemakaiannya


Jenis Tapis Lampung Menurut Asalnya


Beberapa kain tapis yang umum digunakan masyarakat Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin adalah :

Tapis Lampung dari Pesisir :

Tapis Inuh Tapis Cucuk Andak Tapis Semaka Tapis Kuning Tapis Cukkil Tapis Jinggu

Tapis lampung dari Pubian Telu Suku :

Tapis Jung Sarat Tapis Balak Tapis Laut Linau Tapis Raja Medal Tapis Pucuk Rebung Tapis Cucuk Handak Tapis Tuho Tapis Sasap Tapis Lawok Silung Tapis Lawok Handak

Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan :

Tapis Jung Sarat Tapis Balak Tapis Pucuk Rebung Tapis Halom/Gabo Tapis Kaca Tapis Kuning Tapis Lawok Halom Tapis Tuha Tapis Raja Medal Tapis Lawok Silung

Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak:

Tapis Dewosano Tapis Limar Sekebar Tapis Ratu Tulang Bawang Tapis Bintang Perak Tapis Limar Tunggal Tapis Sasab Tapis Kilap Turki Tapis Jung Sarat Tapis Kaco Mato di Lem Tapis Kibang Tapis Cukkil Tapis Cucuk Sutero

Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego :

Tapis Rajo Tunggal Tapis Lawet Andak Tapis Lawet Silung Tapis Lawet Linau Tapis Jung Sarat Tapis Raja Medal Tapis Nyelem di Laut Timbul di Gunung Tapis Cucuk Andak Tapis Balak Tapis Pucuk Rebung Tapis Cucuk Semako Tapis Tuho Tapis Cucuk Agheng Tapis Gajah Mekhem Tapis Sasap Tapis Kuning Tapis Kaco Tapis Serdadu Baris


Jenis Tapis Lampung Menurut Pemakainnya :

Tapis Jung Sarat

Dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, pengantin serta muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Tapis Raja Tunggal

Dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat, pengambilan gelar pangeran dan sutan.

Di daerah Abung Lampung Utara dipakai oleh gadis-gadis dalam menghadiri upacara adat.

Tapis Raja Medal

Dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara adat seperti : mengawinkan anak, pengambilan gelar pangeran dan sutan.

Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini digunakan oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat.

Tapis Laut Andak

Dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada acara adat cangget. Dipakai juga oleh Anak Benulung (isteri adik) sebagai pengiring pada upacara pengambilan gelar sutan serta dipakai juga oleh menantu perempuan pada acara pengambilan gelar sutan.

Tapis Balak

Dipakai oleh kelompok adik perempuan dan kelompok isteri anak seorang yang sedang mengambil gelar pangeran pada upacara pengambilan gelar atau pada upacara mengawinkan anak. Tapis ini dapat juga dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Tapis Silung

Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada upacara adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin.

Tapis Laut Linau

Dipakai oleh kerabat isteri yang tergolong kerabat jauh dalam menghadiri upacara adat. Dipakai juga oleh para gadis pengiring pengantin pada upacara turun mandi pengantin dan mengambil gelar pangeran serta dikenakan pula oleh gadis penari (muli cangget).

Tapis Pucuk Rebung

Tapis ini dipakai oleh kelompok ibu-ibu/para isteri untuk menghadiri upacara adat.

Di daerah Menggala tapis ini disebut juga tapis balak, dipakai oleh wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Cucuk Andak

Dipakai oleh kelompok isteri keluarga penyimbang (kepala adat/suku) yang sudah bergelar sutan dalam menghadiri upacara perkawinan, pengambilan gelar adat.

Di daerah Lampung Utara tapis ini dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat.

Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin pada upacara adat perkawinan.

Tapis Limar Sekebar

Tapis ini dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat serta dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin dalam upacara adat.

Tapis Cucuk Pinggir

Dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat dan dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin pada upacara perkawinan adat.

Tapis Tuho

Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sutan serta dipakai pula oleh isteri sutan dalam menghadiri upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.

Tapis Agheng/Areng

Dipakai oleh kelompok isteri yang sudah mendapat gelar sutan (suaminya) pada upacara pengarakan naik pepadun/pengambilan gelar dan dipakai pula oleh pengantin sebagai pakaian sehari-hari.

Tapis Inuh

Kain tapis ini umumnya dipakai pada saat menghadiri upacara-upacara adat. Tapis ini berasal dari daerah Krui, Lampung Barat.

Tapis Dewosano

Di daerah Menggala dan Kota Bumi, kain tapis ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Kaca

Tapis ini dipakai oleh wanita-wanita dalam menghadiri upacara adat. Bisa juga dipakai oleh wanita pengiring pengantin pada upacara adat. Tapis ini di daerah Pardasuka Lampung Selatan dipakai oleh laki-laki pada saat upacara adat.

Tapis Bintang

Tapis Bintang ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat upacara adat.

Tapis Bidak Cukkil

Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-upacara adat.

Tapis Bintang Perak

Tapis ini dapat dipakai pada upacara-upacara adat dan berasal dari daerah Menggala, Lampung Utara.

Bahan dan Peralatan Tenun Tapis Lampung


Bahan Dasar Tapis Lampung

Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim sulam.

Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama.

Bahan-bahan baku itu antara lain :

Khambak/kapas digunakan untuk membuat benang. Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera. Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang. Akar serai wangi untuk pengawet benang. Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur. Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah. Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam. Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat. Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru. Kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.

Pada saat ini bahan-bahan tersebut diatas sudah jarang digunakan lagi, oleh karena pengganti bahan-bahan diatas tersebut sudah banyak diperdagangkan di pasaran. Peralatan Tenun kain Tapis

Proses pembuatan tenun kain tapis menggunakan peralatan-peralatan sebagai berikut :

Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun. Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian alat-alat : Terikan (alat menggulung benang) Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh) Belida (alat untuk merapatkan benang) Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang) Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan) Guyun (alat untuk mengatur benang) Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun) Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang dimasukkan melintang) Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan) Amben (alat penahan punggung penenun) Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.

Source: Wilkipedia Indonesia

baca juga lainnya di http://elegant-frame.blogspot.com/2008/01/kain-tapis.html

Sunday, May 18, 2008

Pesona kain indonesia
















Warisan Budaya Indonesia

Pada jaman dulu kain-kain tradisional seperti kain songket dan tenun umumnya digunakan oleh para bangsawan yang berfungsi sebagai simbol status sosial. Dapat dipahami, karena proses pembuatan dan bahan yang digunakan tak semudah membuat kain biasa. Bahkan untuk membuat satu lembar kain songket yang terbaik bisa makan waktu satu bulan.

Di Toraja, terdapat kain-kain tradisional berbagai jenis seperti; kain ikat (sekomandi) , tali tobatu , paruki’, tannun kamandang. Bagi masyarakat Toraja kain tradisional sangat tinggi nilainya, karena dinilai sebagai simbol dari kemakmuran dan kejayaan bagi para pemilik kain tersebut. Sebagai kebutuhan adat, kain di Tana Toraja juga menjadi bagian pada upacara yang berhubungan dengan kematian. Biasanya pada acara seperti ini warna yang digunakan adalah warna-warna hitam dan kuning.

Motif umum yang terdapat pada kain tenun ikat Toraja adalah motif melengkung yang menyerupai anak panah yang melambangkan dinamika kekuatan hidup, yakni kekuatan positif dan kekuatan negatif.

Sayangnya kini, pengrajin kain tenun tersebut sudah mulai jarang. Generasi mudanya lebih memilih bekerja di kebun atau membantu suami. Padahal ini adalah salah satu budaya bangsa yang harus dilestarikan. Sangat mungkin kerajinan ini dapat menjadi salah sumber penghasilan yang menjanjikan untuk skala home industry (UMKM) dan dapat diekspor ke luar negeri jika pemerintah setempat cepat tanggap dengan potensi yang dimiliki oleh daerahnya,

Yang saya sedikit kecewa adalah, kebanyakan orang Indonesia mengindentifikasikan seolah-olah budaya Jawa adalah budaya resmi Indonesia. Indonesia di mata dunia hanya sebatas Bali dan Jawa. Padahal di luar dua pulau tersebut amat banyak kekayaan budaya yang dapat “dijual” sebagai salah satu alat promosi; Sangat banyak sekali. Coba saja lihat di Sumatra dengan keragaman songketnya, kebaya Melayu dan pesona alam yang masih alami. Kalimantan dengan Kain Sasirangan dan kilau permatanya, Sulawesi dengan pesona magisnya. Saya berharap televisi dan media cetak sebagai media informasi yang paling mudah diterima masyarakat dapat memperkaya wawasan orang-orang muda Indonesia saat ini, yang mungkin hanya tahu batik Jawa dan Tari Kecak Bali.


Dari berbagai sumber, Jakarta May 18, 2008

"website ini mengenai kain indonesia di www.kainku.blospot.com "

Friday, May 16, 2008

Kain Tradisional Indonesia




Belakangan demam batik ada dimana-mana, hampir disetiap kesempatan kita dapat melihat orang-orang berbusana batik dengan berbagai mode.Batik sendiri amat banyak ragammnya. Kita mengenal Batik Sragen, Batik Madura, Batik Trusmi, Batik Papua, Batik Batavia, Batik Sidoarjo. Setiap Batik memiliki keunikan tersendiri. Batik Madura contoh nya, biasanya coraknya lebih penuh dan rapat. Batik Cirebon coraknya lebih ringan dan lebih modern. Seperti corak megamendung, sangat cocok jika dijadikan gaun dan ditaburi untain crystal dan mute.

Trend Batik ini awalnya dipelopori oleh APPMI (Assosiasi pengusahan perancang mode Indonesia) sebagai salah satu bentuk kepedulian mereka akan warisan budaya bangsa.

Selain batik, Indonesia memiliki ragam kain tradisional yang sangat mempesona dan sarat makna pada tiap penciptaannya. Antara lain yang dapat saya himpun adalah; Songket Padang, Songket Palembang, Ulos Batak, Tenun Bima, Tenun NTB, Tenun Sulawesi, Kain Aceh, Kain Sasirangan dari Kalimantan dan lain-lain. Bila ditelusuri, setiap daerah memiliki keunikan yang membedakan setiap jengkal daerah di tanah air.

Seperti pada masyarakat Minang Kabau, kain tradisional merupakan salah satu dari kebudayaannya yang dibuat dengan cara ditenun, disulam, maupun disungkit (songket). Kain songket Minangkabau terdiri dari dua jenis, yaitu kain songket balapak, yaitu kain songket yang seluruh permukaan kainnya disongket benang emas, atau perak yang rapat dan padat dan kain songket batabua kain songket dengan benar emas atau perak yang motifnya tersebar atau berserakan. Tidakhanya kain songket, hasil sulaman masyarakat Minang Kabau juga memiliki corak yang yang khas, unik, indah, dan sarat dengan makna simbolis. Misalnya motif pucuk rebung, mengandung simbol bahwa anak laki-laki Minangkabau harus seperti bambu. Ketika masih menjadi muda, dia berguna (dapat dijadikan sayur rebung, Red), dan saat tua dihormati. Maksudnya ketika sudah tua, dia berada pada posisi siap menolong sebagai pangulu atau kepala adat yang dihormati dan panutan bagi masyarakatnya.

Dibatak ada tradisi yang unik, Pemberian ulos sibolang kepada seorang wanita dalam upacara kematian menandakan statusnya yang menjanda. (Ulos sibolang berlatar warna biru tua digunakan dalam acara yang berhubungan dengan kematian).


Dari berbagai sumber, Jakarta 16 May 16, 2008
Poppy Gusriharso

Kain Tradisional Indonesia