Friday, June 20, 2008

Referensi kebaya cantik dari designer Indonesia

























Kebaya karya designer Marga Alam (gb. 1 & 2) sangat 'anak muda' sekali. Apalagi yang gb. 1. Wuiiiiih cantik banget....

Nah, yang gb. 3 ini, karyanya Adjie Notonegoro, cocoknya untuk pernikahan. Pasti anggun sekali. Sederhana, tapi mengingatkan kita akan gaun pengantin perancis yang cantik. Sebuah modifikasi yang sangat sempurna dari Adji Notonegoro.
























Poppy Selviani Gusriharso

Monday, June 16, 2008

Referensi kebaya cantik dari designer Indonesia


Kebaya sudah lama dikenal sebagai busana khas Indonesia. Kini para designer mengembangkan kebaya menjadi busana adiluhung yang menawan. Diberbagai pesta dan pertemuan resmi dapat kita lihat, wanita Indonesia mulai menggunakan kebaya kembali. Kebayapun sudah tidak lagi terbatas pada model-model yang standard, melainkan hadir dengan sentuhan-sentuhan penuh pesona yang memancarkan keanggunan sipemakai.

Berikut saya rangkum design-design kebaya karya Adjie Notonegoro terpilih yang bisa menjadi referensi kebaya pesta Anda. Check this out :)




Sunday, June 15, 2008

Busana Tradisional Madura


Madura yang kita kenal selama ini mungkin hanya sebatas sate madura dan penjualnya yang memakai baju kaos garis merah putih dan celana longgar bewarna hitam. Selain itu citra negatif yang tergeneralisir tanpa sengaja. Namun, jika kita melihat lebih jauh, Madura memiliki kebudayaan yang unik. Melalui gaya busana tradisionalnya, saya ajak Anda untuk melihat lebih jauh mengenai Kebuadayaan Madura.

Pakaian yang saya sebutkan diatas, biasa disebut baju pesa’an. Sebenarnya baju pesa’an ini baru dapat dikatakan lengkap bila si pemakai juga menggunakan; tutup kepala dan kain sarung. Konon pakaian (kaos bergaris) yang diperuntukan bagi laki-laki kebanyakan (rakyat biasa) ini terpengaruh oleh cara berpakaian pelaut dari Eropa


Bentuk baju yang serba longgar dan pemakaiannya yang terbuka melambangkan sifat kebebasan dan keterbukaan orang Madura. Kesederhanaan bentuk baju ini pun menunjukkan kesederhanaan masyarakatnya, teguh dan keras. Sarung palekat kotak-kotak dengan warna menyolok dan sabuk katemang, ikat pinggang kulit lebar dengan kantong penghimpun uang di depannya adalah perlengkapan lainnya. Terompah atau tropa merupakan alas kaki yang umumnya dipakai.


Sedangkan untuk kaum bangsawan Madura, busana yang digunakan adalah Rasughan totop atau jas tutup polos dengan samper kembeng (kain panjang) di bagian bawah, jika diperhatikan tidak jauh berbeda dengan sebagaimana busana Solo dan Yogya. Perbedaannya adalah pada odheng, tutup kepala yang dikenakan. Arloji rantai acap digunakan. Sebum dhungket atau tongkat, termasuk kelengkapan pakaian yang membedakan penampilan dan kewibawaan seorang bangsawan dengan rakyat biasa.

Pada saat menghadiri acara resmi, rasughan totop umumnya berwarna hitam digunakan lengkap dengan odheng tongkosan kota, bermotif modang, dulcendul, garik atau jingga. Odheng pada masyarakat Madura memiliki arti simbolis yang cukup kompleks, baik dari ukuran, motif maupun cara pemakaian. Ukuran odheng tongkosan yang lebih kecil dari kepala, sehingga membuat si pemakai harus sedikit mendongak ke atas agar odheng tetap dapat bertengger di atas kepalanya, mengandung makna “betapapun beratnya beban tugas yang harus dipikul hendaknya diterima dengan lapangan dada”.

Bentuk dan cara memakai odheng juga menunjukkan derajat kebangsawanan seseorang. Semakin tegak kelopak odheng tongkosan, semakin tinggi dewajat kebangsawananan. Semakin miring kelopaknya, maka derajat kebangsawanan semakin rendah.

Kaum wanita Madura umumnya mengenakan kebaya sebagai pakaian sehari-hari maupun pada acara resmi. Kebaya tanpa kutu baru atau kebaya rancongan digunakan oleh masyarakat kebanyakan. Ciri khas kebaya Madura adalah penggunaan kutang polos dengan warna-warna menyolok seperti merah, hijau atau biru terang yang kontras dengan warna dan bahan kebaya yang tipis tembus pandang atau menerawang. Kutang ini ukurannya ketat pas badan. Panjang kutang dengan bukaan depan ini ada yang pendek dan ada pula yang sampai perut.

Keindahan lekuk tubuh si pemakai akan tampak jelas dengan bentuk kebaya rancongan dengan kutang pas badan ini. Hal tersebut merupakan salah satu perwujudan nilai budaya yang hidup di kalangan wanita Madura, yang sangat menghargai keindahan tubuh. Ramuan jamu-jamu Madura diberikan semenjak seorang gadis cilik hendak berangkat remaja. Demikian pula berbagai pantangan makanan yang tidak boleh dilanggar, serta pemakaian penggel. Semuanya dimaksudkan untuk membentuk tubuh yang indah dan padat.

Pilihan warna yang kuat dan menyolok pada masyarakat Madura menunjukkan karakter mereka yang tidak pernah ragu-ragu dalam bertindak, pemberani, serta bersifat terbuka dan terus terang. Oleh karena itu mereka tidak mengenal warna-warna lembut. Termasuk dalam memilih warna pakaian maupun aksesoris lainnya.

Sumber: Semua Tentang Madura

Poppy Selviani Gusriharso

Saturday, June 14, 2008

Berkreasi dengan warisan budaya
























Salah satu produk Indonesia yang dipamerkan pada pameran Industri kreatif Indonesia beberapa waktu lalu di Balai Sidang Jakarta, adalah peragaan busana karya perancang Indonesia. Sebagai salah satu industri yang menjanjikan, tentu saja pemerintah memasukan mode sebagai salah dari 14 industri kreatif yang harus dikembangkan. Salah satu tema yang diangkat adalah warisan budaya.

Busana-busana di atas merupakan karya desainer-desainer terkemuka. Yongki Budisutisna bekerjasama dengan pemerintah Jambi untuk mengembangkan batik jambi (gbr.1). Tuty Cholid bekerjasama dengan pengrajin tapis untuk mendapatkan kain tapis terbaik (gbr. 2). Diharapkan dengan adanya pergelaran busana ini dapat membuka wawasan pengrajin tentang berbagai peluang pengembangan teknik dan peningkatan kualitas.

Sumber: Kompas

Poppy Selviani Gusriharso

Friday, June 13, 2008

Kain Ulos


























Foto-foto koleksi KOMPAS/Arbain Rambey.

Ulos merupakan kain tenun yang berasal dari Sumatera Utara. Sama halnya dengan kain songket, kain ini pun sarat makna. Sayangnya hingga saat ini Ulos batak hanya populer digunakan pada masayrakat Batak saja. Padahal kain ulos ini dapat dikreasikan dan dipandankan dengan aksesoris dan busana modern maupun tradisional.

Ulos dibedakan bedasarkan fungsinya. Ulos parompa sadun, biasa dipakai untuk menggendong anak, Ulos abid godang biasanya dipakai untuk selimut. Namun Merdi Sihombing mengembangkan kedua jenis ulos ini menjadi busana yang dapat dipakai pada acara-acara spesial dengan menambahkan manik-manik dan kristal.

Merdi bekerja sama dengan pengrajin Ulos di Sumetara Utara untuk menjadikan ulos sebagai kain yang dapat digunakan berbagai kalangan yang tak terbatas pada masyarakat Batak saja. Kini ulos muncul lebih menawan dan modern. Namun filosofi ulos dan kekahasanya tetap dijaga.

Sumber: Kompas 11 Mei 2008

Poppy Selviani Gusriharso